Mereka sendiri tidak konsisten dalam menerapkan sanad/ijazah ini. Kadangkala mereka mengutip dari siapa saja –tentu saja tanpa ‘manqul’ dari si sumber tersebut- asalkan dianggap menguntungkan dan mendukung maka segera akan mereka kutip. Kalau mereka konsisten, seharusnya segala sesuatu ada manqulnya ada riwayatnya ada sanadnya. Tapi kenyataannya, mereka sendiri tidak melakukannya. Agaknya sikap ghuluw ini telah melelahkan pelakunya… Contohnya sangat banyak sekali, misalkan mereka memanqulkan lembaran yang diberi judul Luzumul Jama’ah atau disebut juga Mukhtasor Al-Jama’ah Wa Al-Imamah, disana mereka mengutip dari Syaikh Majhul (tidak dikenal) bernama Syaikh Dr. Shodiq Amin, padahal sosok ini adalah sosok imajiner, sebab ini adalah nama samaran dari sebuah tim penulis Ikhwanul Muslimin yang disembunyikan.*
* Mereka menukil perkataan seorang yang bernama Syaikh Dr. Shadiq Amin dari bukunya ‘Ad-Da’wah Al-Islamiyah Faridhah Syar’iyah Wadharurah Basyriyah’. Orang dengan nama ini majhul, tidak diketahui siapa dia, sedangkan pada bukunya itu, ia banyak menyebutkan hal-hal dusta dan pengelabuan. Semula orang-orang menduga bahwa Shodiq Amin itu adalah Syaikh Abdullah Azzam v, tapi kemudian Syaikh ini pun mengingkarinya, dan mengatakan bahwa pembuatnya terdiri dari beberapa orang dari kalangan ikhwanul Muslimin. (Lihat dalam catatan kaki Kutub Hadzara Minhal Ulama (1/351) oleh Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman). Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, muhadits Yordania berkata, “Sesungguhnya nama ‘Shadiq Amin’ (artinya orang yang benar dan terpercaya -pen) menyelisihi shidq (kebenaran) dan amanah. Maka ‘Shadiq Amin’ adalah kepribadian khayal yang tidak ada wujudnya sama sekali, tetapi ketiadaan keberanian ilmiah menjadikan pemilik (nama) itu bersembunyi dibelakang nama-nama pinjaman dan menjiplak kepribadian-kepribadian khayal dengan menunggangi kedustaan dan dugaan! Padahal tidak diizinkan oleh syari’at”. (Lihat dalam catatan kaki Tashfiyah wat-Tarbiyah, footnote ke 14 hal. 15)
Lalu sejak kapan, Para Pengikut Nur Hasan itu merasa telah manqul dari orang imajiner ini?!!! …
Kalau mereka benar-benar telah manqul, lalu mana sanad/ijazah antum kepada Syaikh Shodiq Amin tersebut?!!.
Begitu juga mereka mengutip dari Mu’amalatul Hukam, apakah benar mereka telah manqul kitab ini dari Syaikh Ibnu Barjas v (w. 1425 H). Begitu juga mereka mengutip dari beberapa syaikh yang lain, apakah benar-benar mereka telah manqul dari yang bersangkutan?.
Begitu juga dalam beberapa Teks Daerahan disebutkan perkataan diujung hadits “dishahihkan oleh Al-Albani”, apakah kalian telah manqul dari Al-Albani*?.
* Beliau adalah Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati Al-Albani. Ahli Hadits Abad Ini. Syaikh Bin Baz pernah berkata, “Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaani, beliaulah mujaddid abad ini dalam pandanganku, wallahu’alam”. Syaikh Al-Albani wafat pada hari Jum’at malam Sabtu tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yordania. Lihat biografi beliau dalam kitab : Tarjamah Muwajazah li Fadhilatul Muhadits Syaikh Abu Abdurahman Muhammad Nashruddin Al-Albani karya Dr. Ashim Al-Quryuthi. Hayat Al-Albani karya Syaikh Syaibani dan lainnya.
Dan seterusnya banyak sekali contohnya.
Apakah jika ada sesuatu yang dianggap menguatkan jama’ah kalian, maka serta merta kalian kutip walaupun tanpa manqul?! Lalu jika datang dalil yang dianggap melemahkan jama’ah kalian, selalu ditanyakan keabsahan manqulnya, “Sudah manqul belum?”, “itukan tidak manqul” dan seterusnya…
Ini namanya agama hawa nafsu
Disadur dari Kitab Bantahan Ilmiyyah untuk Islam Jamaah: Seri 1 Manqul Dan Serba Serbinya karya Ustadz R. Aulia Rahman Abdillah as-Surianji\
Komentar
Posting Komentar