Langsung ke konten utama

Jawaban Mereka Membuatku Mantap untuk Ruju’


Bismillah,
Cerita singkat sebelum keluar dari Jokam:
Sebelum keluar (dari LD**/Jokam 354/QHJ 354) di tahun 2010, saya sempat dialog langsung dengan Pakubumi Aziz Ridw*n yang disaksikan oleh beberapa pengurus daerah di Makassar Selatan, waktu itu beliau baru pulang dari belajar di Makkah.
Saya bertanya beberapa hal waktu itu, kurang lebih seperti berikut: 
“Kalau keilmuan Abah Nurhasan itu hebat sebagaimana cerita yang selama ini kita dengar dari murid-muridnya, lalu kenapa dalam kitab himpunan itu banyak terdapat hadits dho’if dan palsu?”
Beliau menjawab: “Itu bukan standar keilmuan Abah Nurhasan, himpunan itu bukan tulisan Abah, jamaah ini kan berkembang secara alamiah, awalnya kitab himpunan itu hanya ditulis oleh seorang muridnya, karena semakin banyak yang ikut ngaji akhirnya diperbanyak, jadilah kitab himpunan seperti sekarang”.
Tanggapan (tidak saya sampaikan saat dialog waktu itu): “Bukankah semua ilmu dalam himpunan yang disampaikan selama ini oleh para murid Nurhasan yang menjadi gurunya para Muballigh dalam Jokam itu sudah dimanqulkan oleh Abah Nurhasan? Mengapa selama itu tidak pernah kita dimanqulkan bahwa hadits ini dho’if dan lemah sehingga tidak sah untuk diamalkan? Bukankah ilmu Abah Nurhasan itu katanya Manqul-Musnad-Muttashil? Ini sangat kontradiktif dengan fakta di lapangan karena penyampaian tentang shohih tidaknya hadits itu nanti di saat Asrama Hadits Ibnu Majah Jilid 2 di tahun 2010 saat Pakubumi Kh*lil baru pulang belajar di Makkah.”
Beberapa pekan sebelum dialog, saya mempraktekkan bersedekap di dada saat sholat, banyak teman Muballigh dan jamaah yang jadi resah dan jadi pembicaraan, hal itu sampai juga kepada pak Aziz Ridw*n dan beliau berkata pada saya: Antum TIDAK BOLEH MENGAMALKAN SUATU HADITS WALAUPUN HADITS ITU SHOHIH KALAU ITU BISA MENYEBABKAN JAMAAH RESAH, KITA INI ADA YANG MENGATUR, ADA KEIMAMAN, JADI JANGAN DIAMALKAN KALAU BELUM ADA IJTIHAD DARI KEIMAMAN.
Tanggapan (tidak saya sampaikan saat dialog waktu itu): “Ini sangat aneh ‘kan? Apakah kebenaran agama itu harus menunggu ijtihad imam terlebih dahulu untuk diamalkan atau disampaikan kepada rukyah? Ini seakan mengalahkan derajat Nabi Muhammad. Anehnya, yang berkata demikian itu adalah Pakubumi Aziz Ridw*an yang baru pulang belajar dari Makkah.”
Selanjutnya, Aziz Ridw*n saat itu juga berkata pada saya, “Antum harus menentukan sikap, apakah tetap dalam jamaah atau memilih Salafi”. Saya pada waktu itu terkejut dan tidak menyangka mendengar perkataannya. Saya bengong dan terdiam lama, sampai teman seorang Muballigh yang mendampingi saya waktu itu menegur saya sampai 3 kali untuk menanggapi pernyataannya itu. Dan saya tetap diam tidak menanggapinya karena merasa tidak percaya akan keluar pernyataan itu dari seorang Pakubumi yang baru pulang belajar dari Makkah selama kurang lebih 7 tahunan. Padahal saat itu saya berharap kalau beliau berkata, “Kita sama-sama berjuang membenahi jamaah, Antum di daerah dan saya di pusat.”
Tapi Alhamdulillah dengan kalimatnya itu, Biidznillah akhirnya saya bisa total secepatnya meninggalkan Jokam.
Dan di bulan Oktober 2010 itu, saya diminta untuk ke Pusat Kediri bertemu dengan Ulama Pusat Majelis Ilmu yang menangani permasalahan seperti kasus pak Mauluddin dan sejenisnya (saya lupa apa nama istilahnya). Saya bertemu dengan pak H*filuddin dan bertanya: 
“Pak, Saya ini kan Muballigh yang biasa ngajar dan nasehat, saya selalu menyampaikan bahwa:
Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فقيه واحد اشد على الشيطان من الف عابد
Ternyata, hadits itu adalah hadits palsu dan bukan sabda Nabi, ini sangat mengganggu saya karena baru saya ketahui, bagaimana itu pak?”
Beliau menjawab, “Memang itu haditsnya palsu dan TIDAK BOLEH DIKATAKAN SABDA NABI, TETAPI APA SALAHNYA KALAU ITU KITA ANGGAP SEBAGAIMANA NASEHAT ATAU PITUAH ORANG-ORANG TUA KITA YANG BISA DIAMBIL HIKMAHNYA?”
Tanggapan (tidak saya sampaikan saat dialog waktu itu): “Saya tidak nyangka jawaban beliau seperti itu. Mengapa dari dulu kita dikajikan sampai saat itu nanti di tahun 2010, baru kita ketahui bahwa itu hadits palsu? Itupun nanti ditanyakan baru diberikan jawabannya yang ternyata bernuansa tidak gentle mengakui kesalahan karena seakan mencari pembenaran. Katanya ilmunya itu Manqul-Musnad-Muttashil, mengapa sejak tahun 1941 dikajikan tapi ternyata nanti di tahun 2010 baru mengetahui bahwa hadits itu palsu?”
Lalu pertanyaan berikutnya, “Pak, saya ‘kan imam sholat pertama di Masjid Desa. Saya sudah tahu bahwa TIDAK ADA SUNNAHNYA BERDOA DENGAN MENGANGKAT TANGAN SETIAP SELESAI SHOLAT WAJIB LALU MENGUSAPKAN KE WAJAH SETELAH SELESAI DOA, sehingga saya tidak mengamalkannya, saya hanya cukupkan dengan membaca doa-doa wirid yang telah dicontohkan oleh Nabi, tapi saya diprotes oleh teman Muballigh dan sebagian jamaah karena tidak lagi berdoa dengan mengangkat tangan, bagaimana itu pak?”
Beliau menjawab, “Apa salahnya kamu mengangkat tangan dan berdoa 1-2 menit baru pergi SUPAYA JAMAAH TIDAK RESAH?”
Tanggapan (tidak saya sampaikan saat dialog waktu itu): “Bukankah ini jawaban yang konyol? Kenapa justru keluar dari Pakubumi Jokam yang katanya ilmunya hebat itu? Hanya karena ingin menjaga agar jamaah tidak resah sehingga TIDAK BERANI MENYAMPAIKAN SESUATU YANG BENAR? Bukankah ini bentuk dari pengkhianatan terhadap ilmu/ kebenaran dan mencelakakan rukyah?”
Saat itu saya didampingi oleh seorang Wakil Imam Daerah, beliau bertanya: “Pak, kalau kita mengajukan pinjaman ke pusat kan biasanya ada potongannya sekitar 5-10% katanya untuk Wakil 4 yang mengurus pengajuan pinjaman. Misalkan kita pinjam 100 juta, yang dicairkan itu hanya 90 juta karena yang 10 jutanya itu untuk Wakil 4. Sedangkan pengembaliannya tetap senilai 100 juta. Bukankah ini adalah praktek riba?”
Beliau menjawab, “Ooh itu dulu, sekarang (2010) sudah tidak lagi.”
Tanggapan (tidak saya sampaikan saat dialog waktu itu): “Padahal waktu itu (tahun 2010), sebelum kami ke Kediri, kami masih dapat informasi dari daerah lain bahwa prakteknya masih ada potongan 5-10%. (saya lupa, mana yang benar potongannya, apakah 5% atau 10%, makanya saya tulis 5-10%).”
Setelah dialog dengan Pak H*filuddin, saya diminta ketemu dengan pak S*hlihun Wakil 4 tentang Surat Taubat saya.
Besoknya, Di kamar Wakil 4, di samping tangga DMC, saya masih didampingi oleh Wakil Imam Daerah.
Pak Sholih*n banyak cerita tentang Pak Mauludin, banyak buku-bukunya yang disita dan memberikan nasehat kepada saya supaya tidak terpengaruh. Pada waktu itu saya bertanya hanya satu poin:

“Pak, terus terang selama ini cerita kisah tentang Abah Nurhasan yang memiliki kesaktian, seperti kebal peluru saat ditembak Belanda, motor mogok cukup diisi air biasa akhirnya bisa jalan lagi, bisa nginjak duri dan beling, bisa digilas motor-mobil tidak apa-apa, bisa mengembalikan buah kelapa yang sudah jatuh jadi kembali ke atas pohonnya lagi, dan kisah heroik lainnya, terus terang semua itu tidak ada yang saya percaya, kenapa? Karena kalau kisah itu benar adanya dan saya percaya, MAKA SEMUA ILMU YANG ADA DALAM JAMAAH AKAN SAYA BUANG SEMUA KARENA AMALAN ABAH NURHASAN ITU SEMUA TERMASUK PERBUATAN SIHIR”.*

Beliau menjawab: “Aah, itu semua hanya CERITA YANG DIBESAR-BESARKAN, dari semua kisah itu hanya satu yang benar, yang sering sekali saya dengar, saya dengar langsung dari bapak saya yaitu waktu Abah ditawur saat sedang pengajian di Lamongan, Abah Nurhasan sembunyi di belakang pintu sambil isyarat dengan telunjuknya ke atas dekat mulutnya sambil komat-kamit membaca sesuatu. Orang-orang yang tawur waktu itu mencari Abah, tapi tidak ada yang melihatnya.”
Dalam hati saya waktu itu berkata, “Berarti para murid Abah dan pengurus/ penerobos pusat yang selalu menceritakan cerita tentang kesaktian Abah Nurhasan ITU SEMUANYA ADALAH PENDUSTA! Dan saya TIDAK AKAN RELA MENYERAHKAN PERKARA AKHIRATKU KEPADA MEREKA PARA PENDUSTA”. Semenjak mendengar jawaban itu, saya menjadi semakin mantap dan yakin untuk meninggalkan Jokam.
“SAYA TIDAK AKAN RELA MENYERAHKAN PERKARA AKHIRATKU KEPADA MEREKA PARA PENDUSTA”
Kemudian Wakil IMDA yang mendampingi saya juga bertanya pada Pak Sh*lihun Wakil 4 tentang pinjaman riba ke pusat, dan jawabannya sama persis dengan jawaban pak H*filuddin kemarin.
Alhamdulillah, setelah pulang dari Kediri saya bisa meninggalkan Jokam secara total dan penuh dengan keyakinan bahwa ajaran Jokam memang sangat menyimpang. Kabar gembiranya, Wakil Imda yang mendampingi saya ke Kediri itupun akhirnya keluar meninggalkan Jokam di tahun 2010 itu.
Demikian kisah singkat saya, Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan Taufiq dan Hidayah kepada mereka dan kepada kita semua, aamiiin
Oleh: Muslihuddin. Mantan IJ Wakil Imam daerah/ Muballigh daerah Makassar Hp. 082187101549

Komentar

  1. halo pak, saya ingin konfirmasi tentang cerita bapak yang sholat di dada meskipun hadistnya shohih, tidak di praktekan dalam jamaah tujuannya agar tidak meresahkan. ini bisa di gambarkan dengan kisa abu hurairah yang berwudlu sampai ketiak. abu bakar berkata : "seandainya ada kamu maka wudlu sampai ketiak ini tidak aku praktikan, karna takutnya terjadi sesuatu yang meresahkan jamaah". maka meskipun ada hadist shohih sholat di dada hadisit itu tidak di pilih keimaman dan di pilih yang diatas pusar untuk keseragaman dalam jamaah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Fatonah, Bitonah, Budi Luhur (FBBL)

Disebagian wilayah, Islam Jamaah mendapat penolakan oleh masyarakat karena akidahnya menyimpang yaitu mengkafirkan,menajiskan dan menghalakan harta kaum muslim (mencuri). Umtuk itu Islam Jamaah memiliki 3 prinsip untuk menghadapi masyarakat sampai kepada pemerintahan yaitu Fatonah,Bitonah,Budi Luhur 1. Fatonah: yaitu cerdas dalam membaca situasi ketika menyampaikan hal hal terkait LDII 2. Bitonah: membolehkan berbohong untuk menutupi ajaran mereka (Takiyah) 3. Budi luhur: dituntut untuk menunjukkan perilaku baik, lemah lembut dan ramah untuk merebut simpati masyarakat Dari ketiga prinsip tersebut jelas merupakan kebathilan, kenapa? Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Jika engkau melihat ada sekelompok orang yang berbisik-bisik membicarakan masalah agama tanpa ingin diketahui orang lain maka ketahuilah bahwa mereka itu di atas landasan kesesatan” (Riwayat Darimi no 307). Karena ajaran islam yang diajarkan rosulullah sudah jelas tanpa harus ditutup t...

PENGERTIAN DALIL 'LA ISLAMA ILLA BIL JAMAAH'

1. Hadits tentang ucapan Umar r.a: إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ. _Ingatlah, sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama'ah, dan tidak ada jama'ah kecuali dengan adanya kepemimpinan, dan tidak ada (gunanya) kepemimpinan kecuali dengan ketaatan._ HR. Al-Darimi: 253 Berdasarkan hadits tsb maka ada sebagian kelompok meyakini bhw umat Islam yg selain kelompoknya itu tdk sah. Dengan kata lain, hadits tsb mengalahkan atas firman Allah dan sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam (dalil al-Qur'an & al-Hadits). Di dalam al-Qur'an dan al-Hadits dinyatakan bhw dg mengucapkan dua kalimat syahadat sesorang dinyatakan sudah sah menjadi Muslim yg haram jiwanya, hartanya dan harga dirinya. pokoknya kalau tdk menetapi jamaah, maka Islamya tdk sah alias kafir. Sehingga muncul amalan2 yg ekstrim seperti tdk boleh mendoakan pengampunan bagi orang tuanya sendiri yg tdk i...

Jokam Bertanya Ustadz Dzulqarnain Menjawab

Pada malam senin bulan Desember 2008 saya   berbincang-bincang dengan tokoh serta para mubalig LDII tentang peristiwa yang terjadi pada pak Mauludin. Saya memberikan pendapat pada mereka ”alangkah baiknya kita cari tahu berita yang sebenarnya terjadi pada Pak Mauludin,agar kegundahan hati kita terjawab”, sebagian dari mereka menolak dan memberikan alasan “kita TAAT IMAM saja,kita   tidak usah mencari-cari sesuatu yang telah di ijtihadkan imam yang jelas Mauludin telah murtad”. Alhamdulillah saya bertemu dengan Pak Irwan Taniboya (Mantan Ketua DPD LDII PALU dan sekarang menjadi donatur LDII di Gorontalo) dan Ustadz Romy yang tidak lain adalah menantunya Pak Irwan sekaligus Mubalig desa LDII.di sela-sela pembicaraan saya menyodorkan nomor telepon Pak Hamzah Balikpapan agar dengan nomor itu bisa kita dapatkan info dan melacak keberadaan pak Mauludin. Dan Alhamdulillah membuahkan hasil dan kami pun menjalin informasi dengan Mauludin seputar yang terjadi. ...